Jakarta, Liga178 News – Serangan malware di ponsel sudah sangat merepotkan. Tapi ada serangan cyber lain yang tidak kalah parahnya efeknya.
Serangan yang dimaksud adalah APT (Advanced Persistent Threats). Serangan APT cukup komplek dengan menyebarkan phising dalam email atau pesan instant seperti WhatsApp, melakukan eksploitasi, pengindeksan spyware dan rootkit.
“APT prosesnya nggak semudah malware. Mereka pakai banyak agen ke jaringan network. Jika malware langsung menyerang, APT terlihat tidak melakukan aktivitas apapun, padahal diam-diam mengirimkan data atau informasi,” jelas Dony Kesmandarin, Territory Channel Manager SEA at Kaspersky Indonesia.
APT ini kerap menyelinap di aplikasi, link dan bahkan driver hardware, seperti driver audio. “Jadi ketika menginstal driver audio, pengguna akan menginfeksikan APT ke perangkat. Tapi jika tidak menginstal, audio tidak menyala,” ujar Dony.
Ngerinya begitu menginveksi perangkat, sulit dideteksi keberadaannya oleh anti virus. Bahkan yang mengerti IT sekalipun terkadang tidak mengetahui keberadaan APT di perangkat .
Pantauan Kaspesky serangan APT di Asia Tenggara selama 2019 begitu meningkat, tidak terkecuali di Indonesia. Mereka mencata ada tiga jenis APT:
Platinum
Platinum adalah salah satu aktor APT yang paling maju secara teknologi dengan fokus tradisional pada kawasan Asia Pasifik (APAC). Pada 2019, peneliti Kaspersky menemukan Platinum menggunakan backdoor baru yang dijuluki Titanium, dinamai sesuai dengan kata sandi salah satu arsip yang dapat dieksekusi sendiri.
Titanium adalah hasil akhir dari serangkaian tahapan menjatuhkan, mengunduh, dan memasang. APT ini bersembunyi di setiap tahap dengan menirukan perangkat lunak umum yang terkait dengan perlindungan, perangkat lunak driver audio, alat pembuatan video DVD.