Jakarta, Liga178– Aiptu Ahmad Nurhadi masih teringat peristiwa terror bom yang meledakkan Gereja Katolik Santa Maria di jalan Ngagel, Madya Utara, Surabaya pada 13 Mei 2018. Ahmad yang saat itu tengah bertugas mengamankan jalannya misa, tak menduga akan kehilangan dua mata dan kakinya yang hancur lantaran bom bunuh diri teroris.
“Sampai saat ini masih terapi kaki, waktu itu serpihan bom menghancurkan kaki saya, tulang dan kulit hilang” kata Ahmad. Selain kakinya yang hancur, kedua matanya sudah tak bisa melihat, Ahmad mengaku sudah tak trauma dengan peristiwa tersebut, namun masih sulit melupakan. “Kalau trauma sudah tidak,tapi belum bisa hilang sepenuhnya, saya sebagai anggota Polri risiko saya, harus siap”ujar dia.
Untuk itu, Ahmad mendukung keputusan pemerintah yang tak akan mengembalikan WNI gabung ISIS yang saat ini tengah berada di Suriah. “Saya mendukung, karena kalau mereka pulang bikin was-was, tindakannya benar-benar mengerikan” kata Ahmad. Sementara pemerintah masih mempertimbangkan memulangkan anak-anak WNI tersebut. Sebab kata dia, doktrin dari keluarga teroris sangat kuat. “Doktrin pada anak kuat. Waktu itu pelakunya satu keluarga, itu anak kecil juga ikut. Maka kalau dipulangkan harus diantisipasi” Ahmad menandaskan.
Pada Selasa 11 Februari 2020 kemarin, pemerintah memutuskan tak akan memulangkan 689 WNI mantan anggota ISIS. Keputusan itu diambil usai Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar rapat terbatas bersama para Menteri terkait. “Pemerintah tidak ada rencana memulangkan teroris, Bahkan tidak akan memulangkan FTF (Foreign Terrorist Fighters) ke Indonesia” kata Menko Polhukam Mahfud MD usai rapat di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Menurut dia, 689 WNI tersebut kini berada di Suriah, Turki, dan beberapa negara lainnya yang terlibat FTF. Keputusan itu diambil dengan sejumlah pertimbangan, salah satunya yakni demi menjaga 267 juta rakyat Indonesia. “Karena kalau FTF ini pulang itu bisa jadi virus baru yang membuat rakyat 267 juta tidak aman” ucapnya. Kendati begitu, pemerintah masih akan mendata jumlah dan identitas WNI. Sementara untuk anak-anak di bawah umur 10 tahun, pemerintah akan mempertimbangkan untuk memulangkan mereka.
“Anak-anak di bawah 10 tahun akan dipertimbangkan tapi case by case” tutur Mahfud. Mahfud Md mengatakan, mereka yang ada di sana selalu menghindar dan tak mengaku lagi sebagai WNI. “Mereka kan enggak mengakui sebagai WNI” kata Mahfud. Dia menuturkan, sebenarnya pihak pemerintah sudah pernah mencoba melakukan pendataan. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun juga sudah dikirim ke negara-negara yang di tempati ISIS. Sebab